Cat Pointer awissazizah: Mei 2018

KESEHATAN REPRODUKSI : MENGENAL HIV DAN AIDS

 Image result for mengenal hiv aids
Menurut WHO (World Health Organization), telah lebih dari 70 juta orang yang terjangkit virus HIV dan sekitar 35 juta pasien meninggal karena HIV. Sebanyak 36,7 juta orang di dunia sudah terjangkit HIV sampai akhir 2015 dan sebanyak 1,1 juta orang meninggal karena penyakit ini.


PERBEDAAN HIV DAN AIDS

Sering kali kita bingung apakah perbedaan HIV dan AIDS. Apakah kedua hal tersebut berbeda atau sama. HIV kepanjangannya adalah Human Immunodeficiency Virus, sehingga HIV adalah sebuah virus. Virus ini menyerang sistem imun yang akan menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah tahap akhir dari penyakit HIV. Tidak semua orang yang terjangkit HIV dapat sampai ke stadium infeksi ini. AIDS adalah kerusakan sistem imun yang dapat menyebabkan sang penderita lebih mudah terjangkit infeksi oportunistik, seperti misalnya penyakit pneumonia, tuberkulosis, dll. Sehingga dapat disimpulkan, HIV adalah virus dan AIDS adalah kondisi yang disebabkan oleh HIV.


PROSES PENYEBARAN VIRUS

Virus HIV dapat menyebar melalui hubungan seks lewat anal maupun vagina, penggunaan jarum suntik yang bergantian dari orang yang terjangkit, atau penularan dari ibu yang terjangkit kepada bayinya. Hubungan seksual melalui oral memiliki resiko rendah untuk terjangkit HIV. Akan tetapi, apabila anda melakukan seks oral dan memiliki luka atau sariawan pada mulut, penyakit gusi, infeksi menular seksual pada tenggorok, atau pekerjaan gigi dalam jangka waktu pendek dapat meningkatkan resiko untuk terinfeksi.

Untuk mengetahui anda memiliki resiko untuk infeksi HIV, anda dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

  • Apakah anda melakukan hubungan seksual dengan seseorang HIV-positif atau orang yang tidak diketahui status HIV nya sejak tes HIV terakhir anda?
  • Apakah anda menggunakan obat-obat injeksi (termasuk steroid, hormon, atau silikon) dan penggunaan alat, seperti jarum suntik, bersamaan dengan orang lain?
  • Apakah anda menggunakan seks untuk mendapatkan makanan, tempat tinggal, obat-obatan, atau uang?
  • Apakah anda telah terdiagnosis, atau mendapatkan pengobatan untuk penyakit menular seksual, seperti sifilis dan herpes?
  • Apakah anda telah terdiagnosis atau mendapatkan pengobatan untuk hepatitis atau tuberculosis?
  • Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual dengan orang-orang yang memiliki faktor resiko yang ditulis di atas atau yang anda tidak ketahui riwayatnya?

Apabila anda menjawab iya dari pertanyaan diatas, maka anda memiliki resiko tinggi untuk infeksi HIV dan sebaiknya menjalani tes HIV.


PEMERIKSAAN HIV

Pemeriksaan HIV tentunya harus dilakukan pada orang yang memiliki resiko tinggi untuk terkena HIV, seperti penggunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) suntik, pekerja seksual komersil, klien dari pekerja seksual komersil, pasangan seksual lebih dari satu, hubungan seksual sejenis, dan populasi penjara. Selain itu, pada semua pasien tuberkulosis, infeksi menular seksual, pekerja rumah sakit, dan ibu hamil juga disarankan untuk melakukan skrining tes HIV.


TANDA DAN GEJALA 

Anda dapat terjangkit HIV dan tidak memiliki tanda dan gejala, dan ketika dilakukan pemeriksaan tes HIV dapat tidak menunjukkan hasil positif selama tiga bulan setelah infeksi. Hal ini yang disebut dengan masa jendela (window period) HIV, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk HIV masuk ke dalam tubuh manusia sampai terbentuknya antibody. Gejala HIV biasa hanya gejala flu biasa, seperti demam, lemas berat, ruam pada kulit, pembesaran kelenjar getah bening, nyeri otot, nyeri tenggorok, dan sariawan pada mulut. Gejala-gejala ini dapat disebut dengan sindroma retroviral akut dan dapat terjadi selama beberapa hari sampai beberapa minggu. Klinis pasien dapat berbeda-beda dari klinis terlalu berat sampai harus masuk instalasi gawat darurat atau bisa juga hanya merasa tidak enak badan. Akan tetapi, harus juga ditekankan bahwa tidak semua orang dengan gejala-gejala tersebut adalah pasien HIV.

Setelah fase akut, virus akan menjadi kurang aktif di dalam tubuh selama 10 tahun, dan pada masa ini biasanya pasien tidak memilki gejala sama sekali. Pemeriksaan tes HIV akan mendeteksi virus pada periode ini. Hal ini yang menjadi alasan mengapa sangat penting untuk orang-orang seksual aktif secara rutin diperiksa karena tanda dan gejala infeksi HIV sering kali terlewat atau disalahartikan.


APAKAH PASIEN HIV DAPAT SEMBUH? 

Sampai sekarang belum ada prosedur atau obat yang dapat mengeliminasi virus HIV dari tubuh pasien HIV atau mengembalikan kembali kerusakan pada sistem imun. Namun, terapi HIV dalam beberapa tahun terakhir ini telah meningkatkan secara drastis kualitas hidup pasien HIV dan memperpanjang umur pasien HIV.


TERAPI 

HIV diterapi dengan kombinasi obat yang akan melawan infeksi HIV. Terapi ini dinamakan terapi antiretroviral (ART). ART bukanlah untuk menyembuhkan, tetapi untuk mengontrol virus sehingga pasien dapat hidup lebih lama, sehat, dan menurunkan resiko untuk menyebarkan HIV ke orang lain. ART terdiri atas kombinasi dari obat HIV yang harus diminum setiap hari. Cara kerja dari obat HIV adalah untuk mencegah HIV untuk bertambah banyak, sehingga menurunkan jumlah HIV dalam tubuh. Kurangnya HIV dalam tubuh akan memberi kesempatan sistem imun untuk membaik dan melawan infeksi maupun kanker. Walaupun tetap ada beberapa HIV di dalam tubuh, sistem imun akan cukup kuat untuk melawan infeksi dan kanker.

Dengan menurunkan jumlah HIV dalam tubuh, obat HIV juga menurunkan resiko terjangkitnya virus terhadap orang lain. ART direkomendasikan kepada semua pasien HIV, tidak peduli berapa lama pasien sudah mendapatkan HIV dan seberapa sehat pasien tersebut. Karena, jika tidak diterapi, maka HIV akan melawan sistem imun dan akan berkembang menjadi AIDS, dimana memiliki prognosis yang jauh lebih buruk.


Image result for INFEKSI MENULAR SEKSUAL
Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar ditularkan melalui hubungan seksual, baik hubungan seks vaginal (melalui vagina), anal (anus/dubur) atau oral (melalui mulut).
Infeksi Menular Seksual biasa juga dikenal sebagai Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit kelamin. Tetapi, penggunaan istilah PMS atau penyakit kelamin sudah tidak digunakan lagi, karena beberapa jenis infeksi tidak hanya bisa menginfeksi bagian alat reproduksi saja atau dikarenakan hubungan seksual saja.

Pada umumnya, seseorang akan memunculkan gejala-gejala yang sama pada saat mengalami IMS. Gejala-gejala yang muncul pada umumnya adalah:
  1. Ada luka atau semacam kutil di alat kelamin.
  2. Keluar cairan yang tidak seperti biasanya dari alat kelamin. Pada perempuan biasanya akan mengalami keputihan yang tidak biasa, biasanya akan berbau, gatal dan berwarna.
  3. Nyeri pada saat buang air kecil, kecuali pada perempuan. Saluran kencing pada perempuan berbeda dengan saluran vagina. Sehingga perempuan tidak mengalami nyeri pada saat kencing walaupun infeksinya sudah parah.
  4. Muncul rasa nyeri di perut bagian bawah.
Karena IMS memunculkan gejala yang hampir sama, maka untuk mengobati harus diperiksakan ke dokter untuk mengetahui jenis penyakit dan obat yang tepat untuk IMS yang dialami. Jangan sekali-kali mencoba untuk mengobati IMS yang dialami tanpa memeriksakannya terlebih dulu ke dokter, karena setiap IMS ada obatnya sendiri. Ketika kita mencoba mengobati sendiri, bukannya IMS akan sembuh tetapi bisa bertambah parah dan susah untuk diobati karena sudah resisten dengan obat-obatan, biasanya dosisnya akan ditambah.
Akibat yang harus ditanggung ketika seseorang menderita IMS jika tidak diperiksakan dan diobati secepat mungkin akan menimbulkan resiko sebagai berikut.
  1. Kerusakan alat reproduksi yang dapat menyebabkan kemandulan.
  2. Gangguan syaraf, bisa berakibat pikun bahkan kebutaan.
  3. Menularkan pada bayi dalam kandungan yang akan mengakibatkan kebutaan atau keterbelakangan mental bayi.
  4. Bisa menularkan kepada orang lain/pasangan (pada saat melakukan kontak seksual).
  5. Menyebabkan kematian
 JENIS-JENIS INFEKSI MENULAR SEKSUAL
  1. I. Jenis IMS yang disebabkan oleh bakteri:
    1. GONORE (GO)
    Gonore atau yang sering kita sebut kencing nanah adalah salah satu jenis infeksi menular seksual (IMS) yang umum dan disebabkan oleh bakteri bernama Neisseria gonorrhoeae atau gonococcus. Gonore dapat menyerang siapapun baik Perempuan maupun laki-laki bisa terjangkit infeksi ini. Bakteri gonococcus biasanya ditemukan di cairan penis dan vagina dari orang yang terinfeksi.
  2. Gejala Infeksi GO pada laki-laki:
    • Gejala timbul dalam waktu satu minggu
    • Rasa sakit pada waktu buang air kecil dan ereksi
    • Keluar nanah dari saluran kencing terutama pada pagi hari
    • Sering tidak ada gejala pada stadium dini
  3. Gejala infeksi GO pada perempuan:
    • Sering tanpa gejala apapun atau gejalanya sulit dilihat
    • Nyeri di daerah perut bagian bawah, kadang-kadang disertai keputihan dengan bau yang tidak sedap
    • Alat kelamin terasa gatal atau sakit
    • Rasa sakit atau panas kalau kencing dan pendarahan setelah hubungan seksual.
    • Walaupun demikian GO sering terjadi tanpa keluhan atau gejala apapun sehingga tidak disadari oleh perempuan.
  4. Pada laki-laki dan perempuan yang menderita GO:
    • Untuk orang yang melakukan seks anal (melalui anus) dapat terjadi diare kronis atau diare berdarah.
    • Untuk yang melakukan hubungan oral (melalui mulut), tenggorokan dapat terasa sakit dan berwarna merah
    • Masa inkubasinya 1-14 hari dengan rata- rata 2-5 hari.
  5. Akibat bila GO terlambat diobati:
    • Dapat menimbulkan nyeri perut bagian bawah. Ini berarti infeksi sudah menjalar ke saluran telur, sehingga dapat terjadi kehamilan di luar kandungan, bahkan sampai terjadi kemandulan.
    • Bila GO masih ada saat melahirkan bayi, infeksi dapat menular pada mata bayi dan bila terlambat ditangani dapat timbul kebutaan.
2.KLAMIDIA
Infeksi Klamidia adalah IMS yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis yang terutama menyerang leher rahim.
  • Gejala Infeksi Klamidia pada perempuan:
    • Infeksi ini menimbulkan gejala atau keluhan keputihan, dapat disertai nyeri saat kencing dan pendarahan setelah hubungan seksual. Gejalanya mirip GO, tapi biasanya lebih ringan.
    • Penularan tanpa disadari, karena kebanyakan perempuan yang terinfeksi tidak merasakan gejalanya (asimtomatik).
    • Pada infeksi kronik dapat terjadi penyebaran ke saluran telur yang menimbulkan nyeri pada perut bagian bawah dan mengakibatkan kemandulan atau kehamilan di luar kandungan.
    • Bayi yang baru lahir yang terinfeksi klamidia dari ibunya dapat mengalami kebutaan atau radang paru (pneumonia).
    • Masa inkubasinya 7-21 hari.
3.VAGINOSIS BAKTERIAL
Adalah infeksi pada alat kelamin yang disebabkan oleh campuran bakteri Gardnerella Vaginalis dan Bakteri Anaerob.
  • Gejala Vaginosis Bakterial :
    • Keputihan tidak banyak, berwarna abu-abu, lengket dan berbau amis. Biasanya bau ini lebih jelas tercium sesaat setelah melakukan hubungan seksual.
II. IMS yang disebabkan oleh Jamur
  • KANDIDIASIS VAGINA
    • Adalah keputihan yang disebabkan oleh jamur Candida albicans. Pada keadaan normal spora jamur ini memang terdapat di kulit maupun di dalam  lubang kemaluan perempuan. Tetapi pada keadaan tertentu (penyakit kencing manis, kehamilan, pengobatan steroid, antibiotik), jamur ini dapat meluas sedemikian rupa sehingga menimbulkan keputihan. Penyakit ini tergolong IMS, tetapi pasangan seksual dan perempuan yang terinfeksi jamur ini dapat mengeluh gatal dengan gejala bintik-bintik kemerahan di kulit kelamin.
    • Gejalanya :
      • Keputihan berwarna putih susu, bergumpal, disertai rasa gatal, panas dan kemerahan di kelamin dan sekitarnya.
      • Masa inkubasi sulit ditemukan.
      • Penularan penyakit kandidiasis vagina dapat ditularkan melalui hubungan seks vaginal atau oral (lewat mulut)
III. IMS yang disebabkan oleh PARASIT.
  • TRIKOMONIASIS
    • Adalah IMS yang disebabkan oleh parasit Trichomonas Vaginalis
    • Gejala Trikomoniasis berupa :
      • Keputihan yang banyak, kadang-kadang berbusa, berwarna kehijauan dengan bau busuk
      • Gatal pada kemaluan
      • Nyeri pada saat berhubungan seksual atau saat buang air kecil
      • Masa inkubasi 3- 28 hari
PENYAKIT EROSI (IRITASI, LECET)
I. SIPILIS (Raja Singa)
Gejala sipilis akan muncul dalam lima tahap, apabila tidak d obati :
  • Tahap I (Sipilis Primer):
    • Terjadi 9-90 hari setelah terinfeksi
    • Timbul luka yang tidak nyeri di penis, bibir kemaluan atau leher rahim
  • Tahap II (Sipilis Sekunder):
    • Terjadinya beberapa bulan setelah tahap pertama
    • Gejala berupa kelainan kulit bercak kemerahan tidak gatal terutama di telapak tangan dan kaki.
    • Ada pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuh.
    • Bisa juga berupa kutil di sekitar alat kelamin dan anus.
  • Tahap III ( Sipilis Laten) :
    • Tidak ada keluhan ataupun gejala, namun infeksi berlanjut menyerang alat-alat atau organ tubuh lainnya.
    • Keadaan ini hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan darah khusus sipilis
  • Tahap IV (Sipilis Tersier):
    • Timbul 5-30 tahun setelah tahap sipilis sekunder
    • Terdapat kerusakan alat-alat tubuh penting yang menetap pada otak pembuluh darah dan jantung, serabut saraf dan sumsum tulang belakang.
  • Tahap V (Sipilis Kongeniotal):
    • Pada bayi dan anak-anak dapat menimbulkan kelainan berupa :
      • kelainan bentuk muka
      • kelainan tulang
      • kebutaan
      • ketulian
      • kelainan bentuk gigi geligi yang khas
      • kelainan kulit
II. HERPES
Herpes kelamin merupakan IMS yang disebabkan virus Herpes Simplek (HSV) tipe 1 dan 2 yang menimbulkan luka atau lecet pada kelamin.
  • Gejala Herpes Kelamin:
    • Tergantung daya tahan tubuh, infeksi HSV sering tanpa gejala. Bila ada, awalnya ada rasa seperti terbakar atau gatal dikelamin diikuti timbulnya bintil-bintil berisi air di atas kulit dengan warna dasar kemerahan. Dalam beberapa hari bintil ini akan pecah, menimbulkan luka lecet terbuka yang sangat nyeri (pedih)
    • Pada perempuan biasanya timbul di sekitar kelamin, dinding liang kemaluan dan kadang-kadang di sekitar anus (lubang dubur)
    • Pada laki-laki biasanya di batang atau di kepala penis, namun dapat juga di sekitar anus.
    • Gejala ini hilang jika diobati, namun dapat kambuh kembali pada waktu tertentu.
    • Gejala pada serangan pertama umumnya lebih berat dibandingkan dengan pada serangan kambuhan.
    • Masa inkubasi 1-26 hari yang biasanya rata-rata 6-7
    • Sebelum timbul lecet bisa didahului keluhan berupa :
      • Pegal-pegal otot, kadang disertai demam (terutama pada serangan pertama)
      • Pembengkakkan kelenjar di lipatan paha
      • Nyeri, kadang gatal, serta kemerahan pada tempat yang terkena
  • Cara Penularan Herpes Kelamin :
    • Infeksi menular melalui kontak seksual kelamin-kelamin, kelamin-anus atau kelamin-mulut, karena terjadi kontak langsung dengan bintil atau lecet/luka.
    • Penularannya dapat pula melalui alat-alat tercemar.
    • Penyakit herpes dapat ditularkan wanita hamil pada bayinya saat masih dalam kandungan maupun sewaktu melewati jalan lahir ketika persalinan.
    • Keadaan–keadaan di bawah ini merupakan faktor pencetus serangan kambuhan herpes :
    • Stres Emosional
    • Kelelahan fisik berlebihan
    • Kurang tidur
    • Infeksi lain
    • Menstruasi (menjelang/ setelah)
    • Minum alkohol berlebihan
    • Gesekan kulit, misalnya waktu hubungan seksual, masturbasi atau pemakaian baju/celana ketat.

KESEHATAN REPRODUKSI : SAFE MOTHERHOOD

 Image result for safe motherhood YAITU
Safe motherhood merupakan upaya untuk meyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinan sehat dan aman serta melahirkan bayi yang sehat. Upaya Safe Motherhood dicanangkan pada tahun 1987 oleh badan-badan internasional dan pemerintah guna meningkatkan kesadaran dunia tentang pengaruh kematian dan kesakitan ibu serta untuk mendapatkan pemecahan masalahnya. Tujuan utamanya adalah mengurangi kematian dan kesakitan ibu. Upaya ini terutama ditunjukan kepada Negara yang sedang berkembang. Karena 99% kematian ibu di dunia terjadi dinegara-negara tersebut. (Kusmiran, 2012)
WHO mengembangkan konsep “Four Pillars of Safe Motherhood” untuk menggambarkan ruang lingkup upaya penyelamatan ibu dan bayi (WHO, Mother-Bayi Package, 1994). Adapun empat pilar Safe Motherhood adalah :
  1. Keluarga Berencana
Keluarga berencana konseling dan pelayanan keluarga berencana harus tersedia untuk semua pasangan dan individu. Dengan demikian pelayanan keluarga berencana harus menyediakan informasi dan konseling yang lengkap dan pilihan mentode kontrasepsi yang memadai termasuk kontrasepsi darurat. Pelayanana ini harus merupakan bagian dari program komprehensif pelayanan kesehatan reproduksi. Program keluarga berencana mempunyai peranan dalam menurunkan resiko kematiamn ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan, dan menjarangkan kehamilan.
  1. Pelayanan antenatal
  1. Petugas kesehatan harus memberi pendidikan pada ibu hamil tentang cara menjaga diri agar tetap sehat pada mas tersebut.
  2. Membantu wanita hamil serta keluarganya untuk mempersiapakan kelahiran bayi.
  3. Meningkatkan kesadaran mereka tentang kemungkinan adanya resiko tinggi atau terjadinya komplikasi dalam kehamilan persalinan dan cara mengenali komplikasi tersebut secara dini.
  1. Persalinan yang bersih dan aman
  1. Wanita harus ditolong oleh tenaga kesehatan professional yang memahami cara menolong persalinan secara bersih dan aman.
  2. Tenaga kesehatan juga harus mampu mengenali secara dini gejala dan tanda komplikasi persalinan serta mampu melakukan penatalaksanakan dasar terhadap gejala dan tanda tersebut.
  3. Tenaga kesehatan harus siap untuk melakukan rujukan komplikasi persallianan yang tidak dapat diatasi ke tingkat pelayanan yang lebih mampu. 
 4. Pelayanan obstetri esensial
Pelayanan obstetri-esensial bagi ibu yang mengalami kehamilan resiko tinggi atau komplikasi persalianan yang tidak dapat diatasi ketingkat pelayanan yang lebih mampu.

UPAYA DALAM PENERAPAN SAFE MOTHERHOOD DI INDONESIA
  1. Making Pregnancy Safer
Departemen Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang upaya penurunan angka kematian ibu dan kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra ini difokuskan pada kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap untuk menjamin pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah yang dikenal dengan sebutan “Making Pregnancy Safer (MPS)” melalui tiga pesan kunci. Tiga pesan tersebut adalah :
  • Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,
  • Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuatakses terhadap pencegahan kehamilan yang
  • Setiap wanita usia subur mempunyai tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Dari pelaksanaan MPS, target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2010 adalah angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi baru lahir menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup. Dalam kerangka inilah Departemen Kesehatan bersama Program Maternal & Neonatal Health (MNH) sejak tahun 1999 mengembangkan berbagai pendekatan baru yang didasarkan pada praktek-praktek terbaik (best practices) yang diakui dunia untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan ibu melahirkan dan bayi baru lahir di beberapa daerah intervensi di Indonesia.
  1. Primary Health Care
Karena tingginya angka kematian ibu di berbagai daerah, WHO dan UNICEF melaksanakan pergemuan di Alma Atta Uni Soviet tahun 1978 dan mencetuskan “primary health care” dengan tekanan pada pelaksanaan antenatal care, gizi, imunisasi, gerakan keluarga berencana, meningkatkansistem rujukan dan pertolongan persalinan. Tindak lanjut primary health care diikuti serangkaian pertemuan tentang safe motherhood dengan tujuan agar dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal, menuju “well born baby” dan “well health mother”. (Manuaba, 200?) Kapita Selekta penatalaksanaan rutin obstetri, ginekologi, dan KB oleh Ida Bagus Gde Manuaba.
  1. Bidan Desa
Salah satu upaya penting yang sedang ditempuh oleh pemerintah untuk mempercepat penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi) di Indonesia adalah dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang antara lain dilakukan melalui penempatan Bidan di Desa. (Fikawati, 2004). Keterlambatan dalam upaya memberikan pelayanan yang bermutu dan menyeluruh bertambah dengan kurangnya jumlah dokter spesialis obstetri dan ginekologi. Para spesialis obstetri dan ginekologi di Indonesia sebagian besar berada di perkotaan, sehingga pelayanan kepada masyarakat masih dilakukan oleh dukun beranak. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka penyebarluasan bidan di desa diharapkan dapat menggantikan peran dukun beranak.
Sesuai denga pendapat Suyudi dalam (Handriyani, 2012) bahwa tenaga bidan desa merupakan tenaga kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat, serta diharapkan paling mengetahui keadaan kesehatan ibu hamil.
Berkaitan dengan tugas bidan di desa, salah satu strategi pemerintah yang digunakan di tingkat desa adalah program “Desa Siaga” . Tujuan dari Desa Siaga adalah untuk meningkatkan jangkauan pelayanan dan mutu pelayanan kesehatan serta menurunkan angka kematian ibu (AKI). Bidan desa merupkan motor penggerak dari Desa Siaga. Ada pun peran Bidan lainnya (Subagyo, 2008) yaitu :
  1. Fasilitator yaitu fungsi dalam mendampingi masyarakat
  2. Motivator
  3. Katalisator
  4. Gerakan Sayang Ibu

      4. Gerakan Sayang Ibu (GSI) 
mempromosikan gerakan yang berkaitan dengan kecamatan sayang ibu dan rumah sakit sayang ibu untuk mencegah tiga macam keterlambatan, yaitu :
  • Keterlambatan di tingkat keluarga dalam mengenali tanda bahaya dan membuat keputusan dalam mencari pertolongan
  • Keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan
  • Keterlambatan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan (Kusmiran, 2012)
  1. P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi)
P4K adalah suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan dan penggunaan KB pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir. (Depkes, 2013)
Ada beberapa batasan program P4K yang meliputi (1) P4K dengan stiker; (2) pendataan ibu hamil dengan stiker; (3) forum peduli kesehatan ibu dan anak (KIA); (4) Kunjungan rumah; (5) rencana pemakaian alat kontrasepsi pasca persalinan; (6) persalinan oleh nakes; (7) kesiagaan; (8) Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin); (9) Dasolin (Dana sosial ibu bersalin); (10) ambulans desa; (11) calon donor darah; (12) inisiasi menyusui dini; (13) kunjungan nifas; (14) pemberdayaan masyarakat; (15) buku KIA; dan (15) PPGDON(Pertolongan Pertama Gawat Darurat Obstetri Nenotal).
  1. Jampersal
Jampersal merupakan kependekan dari Jaminan Persalinan, artinya jaminan pembiayaan yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir yang pembiayaannya dijamin oleh Pemerintah.
Ada 5 alasan khusus jampersal dilaksanakan, yaitu :
  1. Untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan;
  2. Meningkatkan cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan;
  3. Meningkatkan cakupan pelayanan KB pasca persalinan;
  4. Meningkatkan cakupan penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
  5. Serta terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel.
Ada 4 sasaran subyek dalam pelaksanaan Jampersal, yakni ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas yang belum memiliki jaminan pembiayaan persalinan (pasca melahirkan sampai 42 hari) serta bayi baru lahir (0-28 hari).Dalam ruang lingkup pelayanan Jampersal terdiri atas dua yaitu, jenis pelayanan kesehatan pada tingkat pertama dan tingkat lanjutan. Jenis pelayanan kesehatan pada tingkat pertama meliputi: pemeriksaan kehamilan 4 kali, persalinan normal, pelayanan nifas normal 3 kali termasuk KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir normal. Untuk Puskesmas PONED terdapat layanan tambahan yakni pemeriksaan kehamilan pada kehamilan risiko tinggi, pelayanan pasca keguguran, persalinan per vaginam dengan tindakan emergensi dasar, pelayanan nifas dengan tindakan emergensi dasar dan pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi dasar.

PROSES PERSALINAN : KALA I, II, III, IV

A. KALA I (KEHAMILAN)
 
 
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida 8 jam. (Manuaba, 2010; h. 173).
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h.38), Kala satu persalian terdiri dari dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.
a)    Fase laten
    1. Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
    2. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
    3. Pada umumnya, berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
b)    Fase aktif
    1. Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi diangap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
    2. Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata – rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 sampai 2 cm (multipara).
    3. Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Menurut Manuaba (2010; h. 184), Hal yang perlu dilakukan dalam kala I adalah:
  1. Memperhatikan kesabaran parturien.
  2. Melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi temperatur perna-fasan berkala sekitar 2 sampai 3 jam.
  3. Pemeriksaan denyut jantung janin setiap ½ jam sampai 1 jam.
  4. Memperhatikan keadaan kandung kemih agar selalu kosong.
  5. Memperhatikan keadaan patologis (meningkatnya lingkaran Bandle, ketuban pecah sebelum waktu atau disertai bagian janin yang menumbung, perubahan denyut jantung janin, pengeluaran mekoneum pada letak kepala, keadaan his yang bersifat patologis, perubahan posisi atau penurunan bagian terendah janin).
  6. Parturien tidak diperkenankan mengejan.
B. KALA II (PERSALINAN)

Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua disebut juga kala pengeluaran bayi (JNPK-KR Depkes RI, 2008; h. 77).
Proses ini biasanya berlangsung selama 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi (Yeyeh, 2009 b; h.6).
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h. 77), tanda dan gejala kala dua persalinan adalah:
  • Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
  • Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya.
  • Perineum menonjol.
  • Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
  • Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam yang hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui introinvus vagina.

C. KALA III (PENGELUARAN PLASENTA)
 
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Saifuddin, 2008; h. 101).
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h. 96), tanda – tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal berikut ini: Perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan darah mendadak dan singkat.
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h. 96-97), Manajemen aktif kala tiga bertujuan untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksaan fisiologis.
Keuntungan manajemen katif kala tiga adalah persalinan kala tiga lebih singkat, mengurangi jumlah kehilangan darah, me-ngurangi kejadian retensio plasenta. Tiga langkah utama dalam manajemen aktif kala tiga adalah peberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali, measase fundus uteri.

D. KALA IV (POST PARTUM)

Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum (Saifuddin, 2008; h. 101).
Menurut Manuaba (2010; h. 174, 192), Kala IV dimaksud-kan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang harus dilakukan adalah:
  • Kesadaran penderita, mencerminkan kebahagiaan karena tugasnya untuk melahirkan bayi telah selesai.
  • Pemeriksaan yang dilakukan: tekanan darah, nadi, pernafa-san, dan suhu; kontraksi rahim yang keras; perdarahan yang mungkin terjadi dari plasenta rest, luka episiotomi, perlukaan pada serviks; kandung kemih dikosongkan, karena dapat mengganggu kontraksi rahim.
  • Bayi yang telah dibersihkan diletakan di samping ibunya agar dapat memulai pemberian ASI.
  • Observasi dilakukan selama 2 jam dengan interval pemerik-saan setiap 2 jam.
  • Bila keadaan baik, parturien dipindahkan ke ruangan inap bersama sama dengan bayinya.

KESEHATAN REPRODUKSI : MENSTRUASI

 Image result for menstruasi
Menstruasi adalah proses keluarnya darah dari dalam rahim yang terjadi karena luruhnya lapisan dinding rahim bagian dalam yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel telur yang tidak dibuahi. Menstruasi pasti akan terjadi pada semua wanita yang normal.

Siklus Menstruasi.


Siklus menstruasi adalah perubahan dalam tubuh wanita, khususnya pada bagian organ reproduksi. Yaitu ketika lapisan dinding rahim (endometrium) yang menebal luruh karena tidak adanya pembuahan sel telur. Siklus menstruasi pada tiap wanita berbeda-beda antara 23-35 hari, namun rata-rata siklus menstruasi adalah 28 hari.

Siklus menstruasi terdiri dari :

a. Fase Menstruasi yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat juga dikarenakan berhentinya sekresi hormone estrogen dan progesterone sehingga kandungan hormone dalam darah menjadi tidak ada
b. Fase Proliferasi/ Fase Folikuler ditandai dengan menurunnya hormone progesterone sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium serta dapat membuat hormone estrogen di produksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak dan menghasilkan hormone estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek.
c. Fase Ovulasi/ Fase Luteal ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah menstruasi 1. Sel ovum yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan hormone progesterone yang berfungsi untuk mempertebal dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah.
d. Fase Pasca Ovulasi/ Fase Sekresi ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan menghilang dan berubah menjadi Corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormone estrogen dan progesterone sehingga hipofisis aktif mensekresikan FSH dan LH. Dengan terhentinya sekresi progesterone maka penebalan dinding endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan endometrium mengering dan robek. Terjadilah fase perdarahan atau menstruasi.
Image result for menstruasi



















Jika  mengalami rasa sakit atau kram perut saat menstruasi hingga mengganggu aktivitas, berikut ini adalah beberapa cara yang bisa digunakan untuk menguranginya:
  • Kompres dengan botol panas (hangat) tepat pada bagian yang terasa kram (bisa perut atau pinggang bagian belakang).
  • Mandi air hangat, dapat ditambahkan minyak aroma terapi untuk relaksasi.
  •  Minum minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi.
  • Menggosok-gosok perut/ pinggang yang terasa nyeri.
  • Ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung ke bawah. Ini bisa membantu relaksasi otot rahim, sehingga nyeri mereda.
  • Tarik napas dalam-dalam secara perlahan untuk relaksasi.

Hormon-Hormon dalam Siklus Menstruasi.


Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
Gonadotropin releasing hormone (GnRH) dikeluarkan dari hipotalamus yang berdenyut di sepanjang siklus menstruasi. Agar siklus menstruasi berlangsung normal, GnRH harus dikeluarkan dalam denyutan. Rata-rata, frekuensi sekresi GnRH adalah satu kali per 90 menit pada awal fase folikular, meningkat menjadi sekali per 60-70 menit, dan menurun dengan amplitudo yang meningkat selama fase luteal. GnRH menginduksi pelepasan FSH dan LH, namun LH jauh lebih sensitif terhadap perubahan tingkat GnRH.

Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Follicle stimulating hormone (FSH) disekresikan oleh kelenjar pituitari anterior dan sangat penting untuk pertumbuhan folikel sampai antrum berkembang. Sekresi FSH mencapai puncaknya dan paling kritis selama minggu pertama dari fase folikular siklus menstruasi. FSH menginduksi sekresi estrogen dan progesteron dari ovarium dengan mengaktifkan enzim aromatase dan p450 dan mengerahkan umpan balik negatif pada sekresi GnRH. FSH lebih lanjut menginduksi proliferasi sel-sel granulosa dan ekspresi reseptor LH di sel-sel granulosa.

Luteinizing Hormone (LH)
Luteinizing hormone (LH) disekresikan oleh kelenjar pituitari anterior dan diperlukan baik untuk pertumbuhan folikel praovulasi maupun luteinisasi dan ovulasi folikel yang dominan. Selama fase folikular dari siklus menstruasi, LH menginduksi sintesis androgen oleh sel-sel teka folikuli; merangsang proliferasi, diferensiasi, dan sekresi sel-sel teka folikuli; dan meningkatkan reseptor LH di sel-sel granulosa. Lonjakan LH praovulasi mendorong oosit melakukan pembelahan meiosis pertama dan memulai luteinisasi sel-sel teka dan granulosa. Korpus luteum yang dihasilkan kemudian memproduksi sejumlah progesteron dan estrogen.

Estrogen
Estrogen dihasilkan pada ovarium dan sangat penting untuk pengembangan antrum dan pematangan folikel Graafian. Estrogen berperan dominan pada akhir fase folikular sampai sebelum ovulasi. Estradiol, estrogen yang paling ampuh dan berlimpah, terutama berasal dari androgen yang diproduksi oleh sel-sel teka. Androgen bermigrasi dari sel-sel teka ke sel-sel granulosa, di mana mereka diubah menjadi estradiol oleh enzim aromatase. Sejumlah estradiol juga dapat diproduksi melalui sintesis de novo oleh sel-sel teka. Tindakan estradiol termasuk melakukan induksi reseptor FSH pada sel-sel granulosa, proliferasi dan sekresi sel-sel teka folikular, induksi reseptor LH di sel-sel granulosa, dan proliferasi sel-sel stroma dan epitel endometrium. Pada tingkat sirkulasi yang rendah, estrogen mengerahkan umpan balik negatif terhadap sekresi LH dan FSH, namun pada tingkat yang sangat tinggi estrogen mengerahkan umpan balik positif pada sekresi LH dan FSH. Estrogen selanjutnya menginduksi proliferasi sel-sel granulosa pengkonversi estrogen dan mensintesis reseptor estrogen, sehingga menciptakan umpan balik positif untuk dirinya sendiri. Pada siklus endometrial, estrogen menginduksi proliferasi kelenjar endometrium.

Progestin
Progestin disekresi pada ovarium, terutama oleh folikel yang terluteinisasi. Tingkat progestin meningkat sesaat sebelum ovulasi dan memuncak lima sampai tujuh hari pasca-ovulasi. Langkah pertama dalam sintesis progestin membutuhkan enzim p450 dan dua bentuk sirkulasi progestin yaitu progesteron dan progesteron-hidroksi-17. Progestin merangsang pelepasan enzim proteolitik dari sel-sel teka yang pada akhirnya mempersiapkan ovulasi. Progestin lebih lanjut menginduksi migrasi dari pembuluh darah ke dinding folikel dan merangsang sekresi prostaglandin dalam jaringan folikel. Selama fase luteal, progestin menginduksi pembesaran dan peningkatan sekresi endometrium.
 

Entri yang Diunggulkan

Cara merawat mata agar tetap sehat

Assalamualaikum Wr.Wb Di blog ini saya akan memberikan tips merawat mata agar tetap sehat : 1. Hindari menonton tv terlalu dekat, dengan ...